Sabtu, 25 Februari 2012

Surat Kaleng



Kepada PghIswr, penuntun kata yang menetas di jari.

Ingat saat pertama aku mengucap kata dari suaraku dan didesingkan langsung di telingamu? Ah semoga ingat, kau kan pelupa yang sulit dilupakan. Awal mula kita berjumpa dan dipertemukan dalam sebuah kelas. Tahun 2010, kuingat moment dan kusimpan dalam laci di kepala.

Saat itu, 2010, tak pernah aku menganggapmu ada. Apalagi kamu? Kamu dengan sikap dinginmu, dan aku dengan sikap cuekku. Klop, bukan? Tak pernah ada obrolan hangat, hanya ada sapaan sesaat.

2011. Lalu kita bertemu di siang hari pulang sekolah, di sebuah ruang kelas dengan puluhan cat air dan kuas. Disitulah kita mulai sedikit mengobrol untuk pertama kalinya lewat suara dan sedikit pula tatapan mata. Aku mulai mengagumimu. Ah, jantungku rasanya mau copot, pipiki terasa panas, wajahku menyemburat merah karena jantung merebus rasa grogi menjadi rasa malu dan tersipu di pipi. Seharusnya aku berterimakasih kepada temanmu satu itu. Terimakasih, Ji. Dan kertas, kuas, serta cat air. Kalian penghubung hati.

Selanjutnya lingkaran pertemuan kita rupanya saling membuat garis, kita semakin sering berjumpa. Kita bersahabat setelahnya. Kemudian lahir ribuan kata lewat pesan singkat. Dari sana, menetas pula banyak doa dan berharap kita ada apa-apa. Sudahlah, doa yang baik-baik akan menemukan wadahnya dan akan tersublim menjadi nyata kalau memang begitu adanya. Kita juga dihujani doa dari orang terdekat, apa yang lebih menyenangkan dari itu?

Bola waktu semakin bergulir, usia pertemanan semakin bertambah, ada saat-saat dimana kamu sedang jatuh dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku benci menjadi bukan siapa-siapa kamu, saat itu. Seperti bianglala, aku memperhatikan kehidupanmu yang berputar, Guh.

181211. Adalah satu dari sekian banyak hari yang terus terang sangat mendebarkan. Kamu, pujaan banyak wanita, dengan bangga telah menjatuhkan hati ke seseorang. Aku. Hati ini masih kubawa. Masih kupegang, dan akan tetap terjaga rapi sampai hari ini, besok, dan seterusnya.

Salam dari hati dan juga aku.

Minggu, 19 Februari 2012

Aku heran, sebersit senyummu bisa memecah rindu sekeras itu di dadaku
Aku heran, pekik tawamu bisa membuatku menyebrangi waktu demi waktu
Aku heran, bagaimana bisa semua ketenangan dan kebahagiaan mewujud kamu.
Aku heran, bagaimana kamu selalu tersebut dalam doa dan menunggu diamini waktu
Aku heran, bagaimana bisa kamu tertinggal di diriku
Aku heran, bagaimana bisa dengan sejentik waktu. Pusaran matamu menenggelamkanku
Aku heran, bagaimana aku dengan mudahnya mencintaimu 
Sepertinya itu bukan keheranan, aku memang terlahir untuk menunggu dan lalu menemani kamu. Sepanjang waktu.

COOKIES <3

Sabtu, 18 Februari 2012

SETANGKAI MAWAR DI SELASA MALAM

14Februari. Hari kasih sayang? Bukan, itu Selasa malam. Hari dimana kamu menyempatkan waktu sibukmu disela-sela pulang les kimia hanya untuk menengokku di kos yang selalu merengek ‘aku kangen, Te.’
Aku menunggumu dengan setangkai mawar merah cantik hari itu. Bukan untuk merayakan Valentine day. Bukan. Toh kamu juga melarangku merayakannya.

“Nggak usah ikut-ikutan ngerayain Valentine.”
“Dih, siapa juga yang ngerayain?”
“Lah itu kenapa mau ngasih aku mawar pas hari Valentine?”
“Salah sendiri Selasa malam jatuhnya pas hari Valentine. Gak mau ya gak usah diterima.”
“Mauuuuuuuuu!”

Itu bukan hadiah Valentine, sayang. Itu sebagai ganti mawar plastik dari IPA4 dulu. Kau ingat?
Malam yang sangat singkat, 60menit. Tapi tetap, sangat berharga.

“Ntar kalo mawarnya layu gimana?”
“Tenang. Sayangku ke kamu tetap sama. Gak akan layu kok. J

IT’S HAS BEEN 2ND MONTH



Hai,PghIswr. Sudah menginjak dua bulan, eh? Cepat ataukah lambat menurutmu? Sangat cepat. Nggak kebayang kan, liburan bulan Desember akhir tahun 2011 lalu, aku yang tanpa rasa malu mengungkapkan ‘sesuatu’. Konyol ya? Iya. Bodoh? Iya. Setidaknya aku tidak terlihat bodoh waktu itu. Karena apa? Karena kamu. Kamu yang aku anggap akan mengacuhkan aku, menghindariku karena pernyataan bodohku yang secara gamblang terucap begitu saja, tapi pada akhirnya membuatku merasa menjadi the-most-luckies-girl in the world. :D

Setidaknya akhirnya kamu juga mengakuinya juga. Kita punya rasa yang sama kan? Sama-sama sudah menyadari sejak lama kan? Hanya mengganjal pada siapa-yang-berani-memulai. Itu saja. Aku memulai bicara, kamu memancingku kembali disaat aku mulai jenuh karena tak menemukan titik temu, karena sama-sama terhalangi oleh rasa gengsi, dan akhirnya, kamu mencerahkan segalanya, menjadikan aku dan kamu menjadi KITA.

Ya, KITA yang sampai saat ini masih sama-sama bertahan saling menyayang. Aku lebih suka menyebutnya saling menyayangi. Kamu tahu, ‘aku sayang kamu’ lebih terasa tulus dibanding ‘I love you’.

“Udah dua bulan aja ya. Tambah sayang aku ya, ngajarin adek yang baik-baik.”
“Allah bakal ngasih kita yang terbaik kok, sayang.”

Satu kalimat sederhana, hatiku tersenyum kembali. Itu mengharukan. :’)

Minggu, 05 Februari 2012

UNSPOKEN WORD

Yang aku bilang : "yaudah, kamu tenangin diri dulu aja.." disaat kamu sedang cranky dengan masalah dihidup kamu, atau sedang terdistraksi dengan berbagai hambatan yang mulai datang menghadang. Atau tanpa sebab yang jelas kamu diem tanpa sebab.

Yang kamu tidak tau : Aku tidak pernah bisa istirahat hingga kamu tenang, hingga sms aku seperti biasa, menelponku dengan suara yang kembali ceria. Dan aku lebih memilih untuk menekan refresh pada halaman twitterku dan baru tersenyum saat aku tau, tweet kamu tidak lagi bete.

Yang aku bilang : "pfftt..." saat kamu bilang aku cantik, atau saat kamu mulai memuji semua yang aku lakukan, mengagumi hasil karyaku yang menurutku berantakan atau berkali-kali kamu ungkapkan bahwa kamu sayang aku.

Yang kamu tidak tau : Aku tersenyum, aku terharu dan aku tertawa membaca setiap pujian kamu ke aku, entah gombal atau jujur. Aku tersenyum menatap layar hp saat kamu mulai berkata "i like to see you scared" atau saat kamu berkata bahwa mukaku manis.

Yang aku bilang : "Yaudah, kapan aja kesininya kan bisa.. Jangan ganggu jadwal basket kamu" saat kita mulai menata ulang jadwal bertemu, intensitas pertemuan kita memang harus terencana dengan baik. Dan adakalanya kamu harus mengerjakan sesuatu yang penting disaat aku ada waktu.

Yang kamu tidak tau : aku menghembuskan nafas berat dan mencoba mengatur kembali nafasku. Aku berusaha mengerti kamu, tapi keadaanku tidak pernah setenang itu. Aku ingin kamu menyelesaikan semua yang harus kamu lakukan secepatnya. Tapi tidak mengganggu jadwal bertemu kita. Aku disini, berusaha untuk menambah lagi porsi pengertian dan menurunkan sedikit ego agar saat kita bertemu, kita bisa tertawa karena semua beban yang harus dilakukan, sudah terlaksana.

Yang aku bilang : "Bye! See you soon!" saat kamu pergi. Aku tertawa, ceria dan bahagia.

Yang kamu tidak tau : aku sedih dan membuka kembali kalender dihandphone, dan mulai melakukan hal yang selalu aku lakukan setiap harinya. Menghitung hari, hingga kita bertemu kembali.
"Kucing tidak akan musnah selama tikus masih beranak-pinak. Pencuri tidak akan mati selama uang masih dicetak. Cinta akan selalu ada selama jantung masih berdenyut."

Hai, nomor punggung 6!

Bola basket tampak begitu bersahabat dengan kedua tangan itu. Seperti tak pernah mau jauh barang sedetik pun. Sesering apapun direbut, nantinya akan kembali lagi kepada sang pemilik yang sebenarnya. Tak ada kata menyerah untuk tetap mempertaruhkan.
Tak peduli peluh yang membasahi kostum nomer enam mu, tak peduli luka, langkah kaki penuh semangat itu tak pernah tampak lelah. Seperti boneka yang selalu penuh batreinya. Berlari mengunjungi seluruh penjuru lapangan. Dan satu hal yang begitu melekat, senyum manis dari bibir itu.
Dalam hembusan nafas yang kadang tersengal lelah, terselip harapan yang membumbung tinggi untuk menjadi pemenang. Semoga tim apapun yang dibela, takkan pernah merasakan pahitnya kekalahan. Semoga!
Untukmu, Puguh Iswara. J

Kamis, 02 Februari 2012

"Aku tenang kalau sama kamu." - Puguh Iswara.