Jumat, 02 Desember 2011

Atau Apalah Itu Namanya

Tidak selamanya desiran yang mengalir itu listrik
yang memberi energi atau apalah itu namanya.
Bisa saja itu hanya keinginan yang terpendam
berhari
berminggu
berbulan
bahkan bertahun.

Aku manusia. Darah dan daging.
Itu dulu. Lama sekali,
Mungkin aku sekarang hanya sebuah robot.
Dan desiran listrik yang mengalir di tubuhku tadi itu
hanya disebabkan oleh kabel yang sedikit lecet
yang tergores oleh apalah itu namanya.

Aku menolak kenyataan bahwa aku masih punya hati.
Dan aku masih percaya bahwa aku masih punya hari,
meskipun mungkin besok aku mati.
Mungkin sesungguhnya hatiku sudah mati
berhari
berminggu
berbulan
bahkan bertahun yang lalu.

Aku. Kasihan aku.
Kasihanku untuk diriku sendiri.

Menyedihkan, memang.

Peppermint, Hazelnut, Dan Coca Cola

Segelas teh dingin rasa peppermint
lalu segelas kopi rasa hazelnut
dan sekarang segelas Coca Cola rasa kembung…

Malam yang (tidak terlalu) sepi,
mari kita bercinta
dengan huruf dan kata-kata yang telanjang
sampai mataku tidak lagi kuat menahan kantuk
dan kepalaku menggelinjang dalam nikmat.

Mungkin malam ini
ada seseorang yang sedang memimpikan aku
dan dini hari nanti
aku akan memimpikan hal lainnya
yang tidak melulu karena cinta.

Hidup ini mati tanpa cinta
tapi selama bertahun hidup sudah membuktikan
aku baik-baik saja tanpa cinta
dan Tuhan, sungguh aku bahagia begini.

Aku cinta segalanya tentang aku
seperti aku cinta segalanya tentang cinta.

Ya, tentang cinta.
Bukan tentang seseorang.

Segelas teh dingin peppermint
lalu segelas kopi rasa hazelnut
dan sekarang segelas Coca Cola rasa kembung…

Permisi.
Aku ingin kencing lagi.
Kamar kost depan, suatu malam di hari Jumat.

Cinta. Suatu hari. Tidak akan begini.

Kesepian itu bukan sepotong kue
yang ingin aku bagikan.
Tidak juga kepada kamu.

Rasa sepi ini
biar aku nikmati sendiri.
Karena sepi adalah kekasihku:

yang tidak mengenal waktu
tidak mengenal ruang
tidak mengenal kamu
tidak mengenal mereka
tidak mengenal lelah.

Ya. Rasa sepi itu posesif.
Kamu tahu kan maksudnya?
Aku : 'Eh, sayang banget sih sama kucing? Ntar ceweknya marah loh? Emang lagi sayang sama siapa sih?'
Dia : 'Hihihi gak tau ya, semoga aja ceweknya juga sama-sama suka sama kucing'
Aku : *deg* *speechless*

Tak Berkata Pun Tak Mengapa

Aku sedang ingin duduk berdua
bersama seorang sahabat
menikmati secangkir teh hangat,
sambil menatap hujan.
Tidak berkata pun tak mengapa.

Lalu jika ada airmata
yang menggenang di mataku,
mungkin aku hanya ingin dipeluk saja.
Cukup itu.
Tidak berkata pun tidak mengapa.

Saat aku lelah,
sahabatku akan mengantarkan aku plg
dan tanganku dlm genggamannya.
Tidak berkata pun tak mengapa.
Kehujanan pun tak apa.

Sesampai di rumah,
aku akan menelfon sahabatku.
Aku tidak akan berkata banyak,
asal dia ada di seberang sana.
Tidak berkata pun tak mengapa.

Saat seperti ini,
tak ada suara pun tak mengapa.
Tidak berkata pun tak mengapa.

Sunyi yang hangat pun sudah cukup.
Aku jatuh cinta diam-diam,
namun sorot mataku
tak bisa menyimpan rahasia.
Dan angin membisikannya ke telingamu.

Atau malah rasa sayang itu
yang tidak dapat kau sembunykan?
Mengintip melalui jemari
yang menutup wajahmu.